Jumat, 26 Agustus 2016

Antara ragu, dan putus asa Raung

Gunung yang katanya paling ekstrem di Jawa. Sempet ga percaya sih saya kesana. Saya ngajak temen temen temen tidak ada yg mau, beribu alesan untuk bisa mau kesana. Dari alesan belum nikahlah, masih pingin hidup lah. Padahal apa salahnya sih nih gunung. Bukankah Tuhan selalu bersama orang orang yg berani. Dimana ada orang yg bisa mencapai, kita juga pasti bisa kok asal mau usaha. Akhirnya saya menemukan satu teman yg mau kesana. Sebenernya ketemu 4 orang tapi mundur jadi tinggal satu -___- Kita mulai merencanakan waktu untuk berangkat, jadi saya bisa ancang ancang ambil cuti dua hari untuk berangkat ke Raung. Jadi kalaupun dua orang ya tetep berangkat, kita sama sama konsisten. Saya ambil cuti hari selasa rabu, kebetulan hari senin saya masih uts, jadi sepulang uts saya langsung packing dan berangkat menuju terminal. Saya sudah ditunggu teman saya, ternyata ada tiga, untung ada barengan temen lagi berawal dari ajakan pendakian bareng via instagram, akhirnya kita berangkat 4 orang. Jam 9 kita baru berangkat naikbis menuju banyunwangi tepatnya kalibaru. Saya tidak membayangkan betapa lelahnya saya, seharian kerja, lanjut uts, dan skrg tidur di bis. Perjalanan sekitar 6 jam akhitnya kita sampe di stasiun kalibaru. Waktu masih pukul 3 pagi, kita langsung disambut ojek dan dianter ke basecamp raung atau rumah pak suto. Perjalanan nya sekitar 15 menit melewati perkebunan tebu. Di rumah pak suto kita istirahat dulu, sambil menunggu pagi. Disini kita ketemu satu rombongan dari jogja, sekitar 4 orang. Jam 8 pagi kita akan mulai perjalanan, sebelumnya tidak lupa mengurus perizinan kalau kesini jangan lupa bawa surat sehat dan fotocopy ktp. Kita menuju pos 1 akan naik ojek, perjalanan cukup jauh sekitar 2 KM dengan trek yg berlumpur dan terjal. Pengalaman naik ojek yg gila, di perjalanan ojek yg saya tumpangi rantainya mbulet -___- jalanan juga nanjak, parah deh. Di tengah jalam banyak pepohonan besar yg rubuh, saya nanya ke ojeknya katanya minggu kemarin habis ada puting beliung. Nah belum apa apa uda diwedeni -_- katanya lagi di hutan masih ada macan -_- jadi bawa air yg banyak karena tidak ada mata air lagi, saya bawa 6 liter. Setelah nyampe pos satu atau rumah pak sunarya kita langsung melanjutkan perjalanan, karena target saya dua hari sudah balik kerumah. Berjalan menyusuri kebun kopi, dan hutan hutan. Tidak lupa meninggalkan air ditempat tempat tertentu untuk persediaan pulang, jam 4 sore kita masih sampe di pos 4 disini istirahat sebentar dan mengisi perut dengan makanan ringan, selama perjalanan kita tidak menemukan satu pendaki pun. Baru di pos 4 ketemu tendanya pendaki. Setelah istirahat setengah jam kita melanjutkan perjalanan dengan target pos 7 untuk bermalam. Apalah daya, fisik sudah tak memungkinkan dan hari juga sudah semakin malam. Kita memutuskan untuk bermalam antara pos 5  dan pos 6. Setelah tenda berdiri, lanjut memasak untu mengisi perut yg sudah keroncongan. Terus langsung tidur. Pagi hari jam 5 kita melanjutkan perjalanan. Tenda kita tinggal, cuma bawa makanan, minum, dan tidak lupa tali 50 meter untuk digunakan pas menuju puncak. Dari pos 6 smape pos 7 perjalanan hanya menyusuri hutan, tak ada pemandangan selain hutan belantara. Di pos 7 kita baru belisa menikmati pemandangan, disini lahan terbuka, minim pepohonan. Kita terus berjalan sampe pos 9, dari pos 9 berjalan sekitar 15 menit alhamdulillah kita sampe di puncak bendera, saat itu pukul 11 siang. Cuaca memang tidak panas, karena kabutbyg sangat tebal. Sambil menunggu kabut, saya tidak bisa membayangkan lewat mana lagi, yg saya lihat kanan kiri jurang. Dengan penuh keyakinan, kita berjalan pelan menyusuri jalan setapak, orang menyebutnya jembatan shirotol mustakim. Setelah melewati ini, kita lanjut melipir di bibir jurang, dengan pegangan tali, disini kerja sama team sangat dibutuhkan. Jadi orang pertama membawa tali untuk membuat jalan. Berjalan sekitar 15 menit akhirnya sampe di puncak 17. Kabut yg masih sangatvtebal, terkadang air hujan juga turun. Ntah yakin atau tidak, antara ragu untuk terus berjalan atau langsung kembali pulang, kita melanjutkan perjalanan, tidak satupun pendaki saya temui di sini, berjalan perlahan, dengan pegangan tali. Mungkin bisa dibilang antara hidup dan mati, jika kesalahan kecil terjadi mungkin langsung jatuh ke jurang, karena jalanan juga licin. Disini tidak ada tanda kita harus berjalan kemana, saya harus menxari cari tanda dulu, entah itu sampah atau besi untuk penahan tali. Disela sela kabut yg tebal saya melihat ke atas, kearah bebatuan yg menjulang tinggi seperti gambar puncak tusuk gigi, saya terus berjalan menanjak, mengikuti kata hati, akhirnya sampai di tusk gigi, perjalanan belum selesai smapai disini karena masih ada satu puncak lagi yg akan kita kunjungi. Saat itu sedikit rasa putus asa, karena kita mencoba mencari tanda tidak menemukan tanda jualga, bahkan saya dan teman saya berusaha memanjat bebatuan terjal untuk mencari jalan, saya tidak membayangkan apa yg saya lakukan saat itu, ntah dibilang nekat atau gila. Kali ini Tuhan memang bersama saya, saya menemukan jalan setapak kecil melewati bebatuan terjal, akhirnya saya menemukan sebuah bendera, saya yakin itu puncak sejati. Saya  menunggu teman saya yg balik ke tusuk gigi untuk memanggil dua orang teman saya yg menunggu. Alhamdulillah saya sangat bersyukur, benar benar atas rahmatMu, saya bisa berada disini. Karena cuaca yg masih belum membaik, dan suara petir juga mulai terdengar kita memutuskan kembali, jam juga sudah menjukan pukul 2 siang. Ntah kita terlalu capek atau memang kabutnyabyg tebal, kita kesasar berjalan menuju bibir jurang sebelum puncak 17. Untung kita masih diselamatkan. Kita mencari cari jalan lagi, dan akhirnya ketemu jalan satu satunya kembali. Berjalan kembali melipir di tebing, dan melewati shirotol mustakim. Dengan badan yg lemes, dan tubuh yg sedikit menggigil saya terus berjalan untuk kembali ke tenda. Jujur saya sudahbtidak sanggup berjalan lagi, tapi karena keadaan yg memaksa saya harus kembali ke tenda. Jam setengah 7 malem kita baru sampe di tenda. Molor dari rencana awal, akhirnya kita memutuskan untuk bermalam lagi disini, saya langsung tertidur lelap. Jam 12 malem saya terbangun, dan memikirkan kalau besok pagi saya harus kerja karena saya hanya mengambil cuti 2 hari. Berharap ada keajaiban datang, saya menyalakan hp, ternyata Tuhan memberi saya jalan lagi, di tengah tengah hutan sinyal hp masih kuat, saya sms rekan dan foreman saya kalau saya tidak bisa masuk kerja dikarenakan sakit. Haha Benar benar lega, dan tidak membuat kepikiran lagi -__-
Jam 6 pagi di hari ketiga kita masak dulu untuk sarapan, dan lanjut packing. Karena kita juga mengejar waktu jadi meminimalisir waktu yg ada, kita langsung trek turun menuju pos 1 atau rumah pak sunarya, jam 12 siang kita baru sampe sini. Terus menunggu ojek, untuk dianter ke rumah pak suto, di rumah pak suto, kita bersih bersih dulu dan mandi, setelah itu langsung tancap menuju jalan raya, mencari bis jurusan surabaya. Saya baru sadar kalau semalem bisnya melewati jalanan yg naik turun di daerah gunung gumitir. Sekitar 8 jam perjalanan akhirnya saya sampe di surabaya, dan kembali pulang ke rumah.







Hanya ini foto yg bisa saya ambil, selebihnya ada dalam memory otak saya. Terim kasih :)

Sabtu, 13 Agustus 2016

The Highest Peak of Central Java



Di awali ajakan gila temen saya, naik gunung pas lebaran. Sungguh hal yg tak aku bayangkan sebelumnya. Maksud hati ingin mendaki gunung, tapi ajakan ke gunung cuma adanya pas wkatu itu saja. Dengan berat hati meminta restu ibu untuk ikut naik gunung.
Ya saya harus pandai mengatur waktu, bagaimana agar saya juga bisa bersilaturahmi dengan saudara juga bisa on time janjian sama temen temen.
Jam 3 sore kita janjian di terminal bungurasih, rencana awal kita akan nyari bis jurusan magelang, karena kita akan melakukan pendakian sindoro sumbing. Karena susahnya angkutan, dan banyak penumpang juga di hari raya, kita akhirnya naik bis jurusan purwokerto, selama perjalanan saya menikmati macetnya suasana lebaran, pas nyampe Ngawi dapet kabar kalau sindoro sumbing di tutup, kecewa sih, akhirnya kita memilih slamet sebagai tujuan, tanpa persiapan juga, karena kita nyiapin semua buat ke sindoro sumbing. Perjalanan yg cukup lama kita baru smape terminal Purwokerto jam 4 shubuh, dari sini kita nyari angkutan umum menuju batu raden. Katanya sih baturaden juga basecamp pendakian slamet. Pas nyampe sini kita dibuletin sama orang orangan sini, katanya kalau disini jalurnya bahaya sudah ditutup, kalaupun dibuka harus bawa porter, di baturaden ini tempat wisata di kaki gunung slamet. Kita muter muter ga jelas deh, bingung mau kemana, basecamp satunya da di kota sebelah. Mungkin Tuhan mengabulkan doa kita, dengan modal nanya sana sini akhirnya kita menemui jalan, ada angkutan umum yg mau nganter ke basecamp bambangan, kita akan motong jalan lewan hutan baturaden, saya akui sih jalannya ini cukup dilewati satu mobil, jarang yg lewat sini, karena jalannya memang benar benar rusak. Hampir sejam kita melewati hutan, akhirnya smape di jalan raya juag, kanan kiri dengan hamparan luar perkebuna strowberry dan nampak dari jauh puncak slamet yg woow lah. Pas kita nyampe di basecamp bambangan, ternya ini yg kita dapet. Slamet ditutup, slamet lagi erupsi, dilarang ada pendakian. Bingun lagi deh, tanpa banyak perdebatan, akhirnya kita maksa untuk melakukan pendakian, ya selama di jalan sudah diingetin warga, tapi ya dengan nekat dan doa insha Allah kita mau berusaha. 

ditutup lagi erupsi

Kita tidak mempelajari trek slamet, tanpa pengetahuan apapun kita cuma mengikuti jalan setapak, saya akui disini jalanan masih alami, jarang ada sampah, memang banyak percabangan, dan tidak ada mata air. Syukur alhamdulillah jam 5 sore kita sampe di pos terakhir camp, sebuah gubuk tua. Selama perjalanan kita tidak ketemu satupun pendaki, memang saat itu hanya kita berempat yang mendaki Slamet. Tenda kita dirikan, btw kita bawa tenda kap 2-3 wkwkkw padahal orang nya 4, nekat lagi ya -_- kita masak dulu untuk mengisi perut yg sudah lapar banget. Pas tidur saya khawatir, tidak tenang. Gimana bisa tenang, kalau kita ndaki gunung yg juga lagi ga tenang. Dalam hati saya bilang, yang penting yakin wkwkw

Ketika pagi datang, matahari belum mengeluarkan sinarnya, kita mulai bersiap untuk summit attack, katanya sih 2 jam. Kita mulai mencari jalan jalan lagi di waktu masih gelap. Dengan kepala yg selalu melihat ke atas berharap puncka tidak sejauh yg kita pikirkan, dan trek yg tidak serumit seperti yg kita bayangkan. Ya seperti yg saya takutkan, trek summit disini batu batuan yg licin, dengan keyakinan sedikit demi sedikit kaki melangkah akhirnya saya bisa berada di puncak tertinggi jawa tengah :)

Dari sini kita bisa melihat gunung ciremai yg indah di sebelah barat, dan di sebelah timur gunung kembar sindoro sumbing yg mempesona. Setelah puas berfoto dan bersyukur menikmati keindahan pesona slamet, kita terus turun. Lagi lagi dengan perlahan kita mencoba turun karena treknya memang licin. Pas nyampe tenda kita langsung packing barang, setelah beres semua langsung lanjut tracking turun, mencoba mengingat jalan pulang kembali. Oiya satu hal yang istimewa di slamet, saya bisa mendengar suara adzan :) baru digunung ini adzan yg begitu jelas.




Di perjalanan pulang kita baru bertemu pendaki yang akan mendaki slamet. Untuk turun kita butuh waktu sekitar 2 jam, memang cukup melelahkan. Di basecamp ternyata sudah dibuka kembali untuk umum, makanya sudah banyak pendaki yg mulai berdatangan. Dari sini kita bingun untuk transport ke terminal, ada angkutan di tawar juga mahal banget. Ya akhirnya kita nyoba nyari pick up sayur, 3 kali oper pick up sayur alhamdulillah kita bisa sampe jalan raya Purbalingga,  lanjut oper bis kecil menuju terminal purwokerto. Jam 12 siang kita sampe terminal, lanjut nyari tempat mandi dan makan siang. Bis yg balik ke surabaya nih agak susah, disini juga terkenal banyak banget calo. Harga yg ditawarin gila mahal banget. Dengan inisiatif nanya nanya akhirnya nemu bis yg agak murah tapi nunggu sampe jam setengah 4 sore baru berangkat. Perjalanan panjang kita mulai lagi, dengan macetnya jalanan menyurusuri jalanan Purwokerto sampe ke surabaya, kurang lebih perjalanan 15 jam tepat jam 9 pagi kita baru sampe di terminal purabaya. Ini perjalanan gila yg pernah saya lakukan

Dataran Tinggi Dieng



janjian jam 8 malem di terminal bungurusih, akhirnya molor juga sampe jam 11 malem baru ketemu di terminal. Perjalanan kali ini saya bersama dua orang teman saya dari surabaya dan salah satunya dari palembang akan menikmati, indahnya hamparan kebun dieng dan golden sunrisenya prau. Jam 11 kuta ketemu diterminal, nyari bus jurusan jogja. Perjalanan kurang lebih 7 jam untuk sampe ke terminal jogja. Setelah nyampe jogja, kita lanjut nyari bis kecil jurusan magelang perjalanan sekitar 1 jam. Dari magelang oper lagi nyari bisa kecil jurusan terminal wonosobo, perjalanan cukup lama sekitar dua jam tapi di dalam perjalanan kita dimanjakan pemandangan nan caktik, kuta melewati tengah - tengah antara gunung sumbing dan gunung sindoro, sungguh benar - benar mempesona. Selama perjalanan kita berjumpa dengan berbagai penumpang dari orang orang yg mau ke pasar anak anak yg ke sekolah, duh ceweknya geulis pisan, kalem kalem lagi
Setelah smpe di terminal wonosobo, kita sarapan dulu lah. Biar nambah tenaga. Dari terminal wonosobo, nyari bis kecil lagi menuju dieng plateau atau basecampnya prau. Kita akan mendaki lewat patak banteng. Disana rame banget, mungkin ratusan sampe ribuan orang yg akan mendaki ke prau. Memang prau memiliki daya pesona yg sungguh luar biasa, mata kita akan dimanjakan keindahan alam wonosobo yg mempesona.
Kita start pendakian jam setengah 2 siang, cuaca yg lumayan panas dengan udara yg sejuk, dan trek yg berpasir, disarankan disini menggunakan masker yg tebel, karena debunya gila banget. Untuk mencapai puncak atau camp area dibutuhkan waktu 2 jam an.
Setelah nyampe di puncak, gila uda rame banget yg sudah bangun tenda. Di atas sini kabutnya sangat tebal, setalah kita bangun tenda langsung tidur deh, karena memang  saat itu lagi kabut, dan debu pasirnya berterbangan.
pasar prau

Di pagi yang indah, menanti sang surya yang akan muncul, saya membuka tenda. Dan melihat di depan saya pesona gunung kembar sindoro sumbing yg begitu membuat saya takjub akan keindahan ciptaan Tuhan. Katanya merk aqua itu dari foto gunung ini. Sembari menikmati pemandangan alam wonosobo, kita menanti golden sunrise, memang benar prau sungguh sangat cantik, dan golden sunrise memang benar adanya.  Tidak lupa kita selalu mengabadikan momen momen yg bagus ini, untuk disimpen dalem memory haha



Puas dengan pesona prau, kita masak masak dulu, masak air aja cukup untuk menikmati kopi manis semanis mbaknya yg didepan tenda hmuhehe setelah semuanyabusai kita langsung packing persiapan untuk turun. Kalau turun nih treknya licin, debu pasirnya masih banyak banget. Perjalanan turun untuk sampe ke basecamp butuh waktu 1 jam. Pas nyampe bawah kita langsung nyari warung untuk mandi dan memberaihkan diri, tidak lupa untuk mencari sarapan juga. Di basecamp banyak yg jual oleh oleh nih, mulai dari makanan khas wonosobo, baju, dan pernak pernik unik.
Jam 10 pagi kita langsung nyari bis lagi menuju terminal wonosobo, lumayan nunggu cukup lama karena nunggu penumpang penuh dulu -_- sekitar pukul 12 sianh kita sampe terminal, dari terminal wonosobo kita nyari bis besar jurusan semarang, kita pulang lewat jalur yg beda nih, ya itung itung keliling jawa tengah
wkwk karena medanya juga naik turun, saya rasa bisnya ini lelet banget, untung rasa kecewanya saya terbayar dengan pemandangan selama perjalanan. Jam 5 sore kita baru sampe di terminal semarang. Nyari makan dulu lah di Semarang, perut uda teriak teriak nih -_-
Setelah semuanya usai, kita lanjut oper naik bisa jurusan surabaya, gile naik bisa ini bikin jantung saya mau copot, sopirnya keren banget kayak sopir fast and furious kalau nyetir, parah deh. Ini nyawa yg di bawa, bukan barang -_-
Perjalanan pulang butuh waktu sekitar 8 jam an, saya nyampe rumah jam 4 shubuh. Sebenarnya masih ingin berlama lama menikmati prau, tapi hari senin saya harus kerja. Setelah nyampe rumah, ya nguat nguatin mata karena jam 7 saya harus mencari nafkah lagi untuk istri saya *ehh  iya maksudnya modal nikah saya nanti

Menikmati pecel di warung tertinggi di pulau Jawa



Dimulai dari rasa penasaran ingin menikmati pecel diketinggian, akhirnya kita memutuskan untuk jalan jalan ke lawu. Gunung yg ada di perbatasan jateng - jatim ini memiliki pemandangan yang luar biasa. Konon katanya gunung ini juga menyimpan banyak misteri, bahkan di pos masuk juga tertulis pantangan pantangan jika mau nanjak ke gunung ini.
trek lawu

Perjalanan ini kita mulai di hari jumat malam, ya biasa kita naik bus. Transport ke lawu cukup susah kalau malam, kita diharuskan oper 2 kali, jadi dari bungurasih turun di maospati, dari maospati nyarter mobil langsung ke cemoro sewu (magetan) atau bisa juga cemoro kandang(karanganyar), kalau nyarter disini mahal sekitar 350 ribu. Karena kita hanya berdua ya jadi ga nyarter -_- dari bungur kita berangkat jam 10 malam, nyampe maospati sekitar jam 2 shubuh. Kepagian banget yaak -_- terus kita putuskan untuk menunggu di terminal maospati karena jika nyarter mahal untuk cuma berdua, sekalian nunggu mungkin ada barengan yg mau ke lawy. Sambil tiduran, tiba - tiba ada orang baik yg nyamperin kita, dia menawarkan untuk mengantar ke pasar sayur, mungkin saat itu hari yg beruntung haha dia bercerita kalau punya anak yg di sby. Dari pasar sayur rencana sih mau numpang pick up sayur aja, tapi sambil nego dgn angkot akhirnya berujung pada sebuah kontrak, lumayan lah dianter harganya ga terlalu mahal dari pasar sayur ke pos perizinan. Lumayan perjalanan sejam, sampe tidur di mobil zzz
Setelah nyampe di cemoro sewu, yg ditunggu tunggu nih, makan dulu haha.. Jam 4 shubuh kita mulai pendakian, cukup gelap sih. Jalan sambil merem -_- pas agak pagian, ketemulah kita sama orang orang yg juga mau ke atas, bukan pendaki loh tapi ibu ibu yg nganter makanan untuk dijual diatas. Setelah 2 jam berjalan kita nyampe deh di pos 2, duh perut laper lagi tapi ngantuk juga banget. Kita buka tenda deh, tidur dulu lah kali aja bangun bangun uda puncak wkwk
Hampir dua jam saya tidur dengan nyenyak, lanjut jalan lagi menuju pos berikutnya. Cuaca kebetulan cukup cerah, terik matahari cukup untuk menghitamkan kulit. Setelah 3 jam berjalan, akhirnya nyampe juga di puncak, tapi bukan puncaknya lawu. Hargo dalem namanya, disini kita bisa menikmati pecel di atas awan, konon katanya ini warung tertinggi di jawa.  Kabut tebal datang, dingin begitu menusuk kulit, yah kita ga perlu buka tenda disini, cukup pake sleping bag aja, terus bubuk cantik wkwk kebetulan pas itu lagi sepi banget cuma 4 orang, disini juga bisa ngecharge hp loh, ada gensetnya sih. Pas uda bangun ternyata banyak pendaki yg baru berdatangan, ah lanjut tidur sampe pagi.
Ketika ayam jago mulai berkokok, berarti sang surya akan kembali bersinar. Kok ada ayam di puncak??  Iya ada lah, ini warung aja ada -_- Oke, kita mulai menanti matahari terbit dari timur.




Wow, sungguh keren sekali, sinarnya begitu istmewa ketika baru muncul.
Setelah berfoto kita lanjut jalan ke puncak tertingginya lawu "hargodumilah" lumayan jalan sekitar 15 menit. Di puncak ternyata sudah rame juga. Setelah puas foto foto di puncak saat nya turun nyari sarapan nih, pecel mbok yem menu yg sangat istimewa.

Di sekitar warung ternyata ada tempat yg istimewa jarang orang yg tau dan kesini. Kebetulan saya dukasih tau temen dari malang yg kebetulan ketemu di lawu. Ini tempat terbuat dari sampah sampah botol bekas para pendaki.



Jam 8 kita putuskan untuk turun, perkiraan jam 10 uda sampe perizinan. Eh tanpa diduga di sekitar pos 5 ke pos 4, kaki saya yg  tadinya nyaman banget untuk lari larian, langsung kesleo -_- kalau ga dipaksa jalan ga bisa pulang. Perasaan kaki uda ga kuat aja di ajak jalan. Akhirnya dengan bantuan teman saya ini, dicarikan tongkat. Ok, jalan dengan tongkat. Perlahan dan pasti kita ga narget nyampe bawah jam berapa, yang penting sampe dengan selamat. Teman baik saya Andi, dengan baik hati membawakan ransel. Mungkin ga tega kali ya wkwkkw. Ya akhirnya jam 1 kita baru sampe di pos perizinan,, Syukur deh, Kita langsung nyari tempat mandi dan makan, tidak lupa menu spesial sate kelinci wkwk
Ini bingung lagi pas mau pulang, kendaraannya kalau nyarter berdua mahal bgt. Akhirnya kita nunggu barengan. Pas lagi nunggu ketemu orang, dan dia bercerita kalau dari lawu juga, dalam pikiran saya gila nih orang, pake hem lengan pendek, celana pendek, bawa tas kecil. Kulitnya kayak beruang kali. Karena saya akui dari semua gunung yang pernah saya kunjungi, dinginya lawu masih nomer satu.
Ga lama, kita ketemu teman STM, ternyata lagi ndaki di lawu juga tapi dia dengan rombongan jihadnya wkwkw. Pas juga kita nemu barengan nyarter mobil rombongan pendaki dari jombang. Nebeng turun ke terminal deh biar lebih irit biaya. Nyampe terminal maospati jam 3 an, lanjut kita langsung nayri bis tujuan surabaya. Karena memang lagi hari minggu jadi bisnya penuh, lumayan deh berdiri sejaman -_-
Akhirnya jam 8 malem nyampe juga di surabaya. Perjalanan panjang yg melelahkan :)