Gunung yang katanya paling
ekstrem di Jawa. Sempet ga percaya sih saya kesana. Saya ngajak temen temen
temen tidak ada yg mau, beribu alesan untuk bisa mau kesana. Dari alesan belum
nikahlah, masih pingin hidup lah. Padahal apa salahnya sih nih gunung. Bukankah
Tuhan selalu bersama orang orang yg berani. Dimana ada orang yg bisa mencapai,
kita juga pasti bisa kok asal mau usaha. Akhirnya saya menemukan satu teman yg
mau kesana. Sebenernya ketemu 4 orang tapi mundur jadi tinggal satu -___- Kita
mulai merencanakan waktu untuk berangkat, jadi saya bisa ancang ancang ambil
cuti dua hari untuk berangkat ke Raung. Jadi kalaupun dua orang ya tetep
berangkat, kita sama sama konsisten. Saya ambil cuti hari selasa rabu,
kebetulan hari senin saya masih uts, jadi sepulang uts saya langsung packing
dan berangkat menuju terminal. Saya sudah ditunggu teman saya, ternyata ada
tiga, untung ada barengan temen lagi berawal dari ajakan pendakian bareng via
instagram, akhirnya kita berangkat 4 orang. Jam 9 kita baru berangkat naikbis
menuju banyunwangi tepatnya kalibaru. Saya tidak membayangkan betapa lelahnya
saya, seharian kerja, lanjut uts, dan skrg tidur di bis. Perjalanan sekitar 6
jam akhitnya kita sampe di stasiun kalibaru. Waktu masih pukul 3 pagi, kita
langsung disambut ojek dan dianter ke basecamp raung atau rumah pak suto.
Perjalanan nya sekitar 15 menit melewati perkebunan tebu. Di rumah pak suto
kita istirahat dulu, sambil menunggu pagi. Disini kita ketemu satu rombongan
dari jogja, sekitar 4 orang. Jam 8 pagi kita akan mulai perjalanan, sebelumnya
tidak lupa mengurus perizinan kalau kesini jangan lupa bawa surat sehat dan
fotocopy ktp. Kita menuju pos 1 akan naik ojek, perjalanan cukup jauh sekitar 2
KM dengan trek yg berlumpur dan terjal. Pengalaman naik ojek yg gila, di
perjalanan ojek yg saya tumpangi rantainya mbulet -___- jalanan juga nanjak,
parah deh. Di tengah jalam banyak pepohonan besar yg rubuh, saya nanya ke
ojeknya katanya minggu kemarin habis ada puting beliung. Nah belum apa apa uda
diwedeni -_- katanya lagi di hutan masih ada macan -_- jadi bawa air yg banyak
karena tidak ada mata air lagi, saya bawa 6 liter. Setelah nyampe pos satu atau
rumah pak sunarya kita langsung melanjutkan perjalanan, karena target saya dua
hari sudah balik kerumah. Berjalan menyusuri kebun kopi, dan hutan hutan. Tidak
lupa meninggalkan air ditempat tempat tertentu untuk persediaan pulang, jam 4
sore kita masih sampe di pos 4 disini istirahat sebentar dan mengisi perut
dengan makanan ringan, selama perjalanan kita tidak menemukan satu pendaki pun.
Baru di pos 4 ketemu tendanya pendaki. Setelah istirahat setengah jam kita
melanjutkan perjalanan dengan target pos 7 untuk bermalam. Apalah daya, fisik
sudah tak memungkinkan dan hari juga sudah semakin malam. Kita memutuskan untuk
bermalam antara pos 5 dan pos 6. Setelah tenda berdiri, lanjut memasak
untu mengisi perut yg sudah keroncongan. Terus langsung tidur. Pagi hari jam 5
kita melanjutkan perjalanan. Tenda kita tinggal, cuma bawa makanan, minum, dan
tidak lupa tali 50 meter untuk digunakan pas menuju puncak. Dari pos 6 smape
pos 7 perjalanan hanya menyusuri hutan, tak ada pemandangan selain hutan
belantara. Di pos 7 kita baru belisa menikmati pemandangan, disini lahan
terbuka, minim pepohonan. Kita terus berjalan sampe pos 9, dari pos 9 berjalan
sekitar 15 menit alhamdulillah kita sampe di puncak bendera, saat itu pukul 11
siang. Cuaca memang tidak panas, karena kabutbyg sangat tebal. Sambil menunggu
kabut, saya tidak bisa membayangkan lewat mana lagi, yg saya lihat kanan kiri
jurang. Dengan penuh keyakinan, kita berjalan pelan menyusuri jalan setapak,
orang menyebutnya jembatan shirotol mustakim. Setelah melewati ini, kita lanjut
melipir di bibir jurang, dengan pegangan tali, disini kerja sama team sangat
dibutuhkan. Jadi orang pertama membawa tali untuk membuat jalan. Berjalan
sekitar 15 menit akhirnya sampe di puncak 17. Kabut yg masih sangatvtebal,
terkadang air hujan juga turun. Ntah yakin atau tidak, antara ragu untuk terus
berjalan atau langsung kembali pulang, kita melanjutkan perjalanan, tidak satupun
pendaki saya temui di sini, berjalan perlahan, dengan pegangan tali. Mungkin
bisa dibilang antara hidup dan mati, jika kesalahan kecil terjadi mungkin
langsung jatuh ke jurang, karena jalanan juga licin. Disini tidak ada tanda
kita harus berjalan kemana, saya harus menxari cari tanda dulu, entah itu
sampah atau besi untuk penahan tali. Disela sela kabut yg tebal saya melihat ke
atas, kearah bebatuan yg menjulang tinggi seperti gambar puncak tusuk gigi,
saya terus berjalan menanjak, mengikuti kata hati, akhirnya sampai di tusk
gigi, perjalanan belum selesai smapai disini karena masih ada satu puncak lagi
yg akan kita kunjungi. Saat itu sedikit rasa putus asa, karena kita mencoba
mencari tanda tidak menemukan tanda jualga, bahkan saya dan teman saya berusaha
memanjat bebatuan terjal untuk mencari jalan, saya tidak membayangkan apa yg
saya lakukan saat itu, ntah dibilang nekat atau gila. Kali ini Tuhan memang
bersama saya, saya menemukan jalan setapak kecil melewati bebatuan terjal,
akhirnya saya menemukan sebuah bendera, saya yakin itu puncak sejati. Saya
menunggu teman saya yg balik ke tusuk gigi untuk memanggil dua orang
teman saya yg menunggu. Alhamdulillah saya sangat bersyukur, benar benar atas
rahmatMu, saya bisa berada disini. Karena cuaca yg masih belum membaik, dan
suara petir juga mulai terdengar kita memutuskan kembali, jam juga sudah
menjukan pukul 2 siang. Ntah kita terlalu capek atau memang kabutnyabyg tebal,
kita kesasar berjalan menuju bibir jurang sebelum puncak 17. Untung kita masih
diselamatkan. Kita mencari cari jalan lagi, dan akhirnya ketemu jalan satu
satunya kembali. Berjalan kembali melipir di tebing, dan melewati shirotol
mustakim. Dengan badan yg lemes, dan tubuh yg sedikit menggigil saya terus
berjalan untuk kembali ke tenda. Jujur saya sudahbtidak sanggup berjalan lagi,
tapi karena keadaan yg memaksa saya harus kembali ke tenda. Jam setengah 7
malem kita baru sampe di tenda. Molor dari rencana awal, akhirnya kita
memutuskan untuk bermalam lagi disini, saya langsung tertidur lelap. Jam 12
malem saya terbangun, dan memikirkan kalau besok pagi saya harus kerja karena
saya hanya mengambil cuti 2 hari. Berharap ada keajaiban datang, saya
menyalakan hp, ternyata Tuhan memberi saya jalan lagi, di tengah tengah hutan
sinyal hp masih kuat, saya sms rekan dan foreman saya kalau saya tidak bisa
masuk kerja dikarenakan sakit. Haha Benar benar lega, dan tidak membuat
kepikiran lagi -__-
Jam 6 pagi di hari ketiga kita masak dulu untuk
sarapan, dan lanjut packing. Karena kita juga mengejar waktu jadi meminimalisir
waktu yg ada, kita langsung trek turun menuju pos 1 atau rumah pak sunarya, jam
12 siang kita baru sampe sini. Terus menunggu ojek, untuk dianter ke rumah pak
suto, di rumah pak suto, kita bersih bersih dulu dan mandi, setelah itu
langsung tancap menuju jalan raya, mencari bis jurusan surabaya. Saya baru
sadar kalau semalem bisnya melewati jalanan yg naik turun di daerah gunung
gumitir. Sekitar 8 jam perjalanan akhirnya saya sampe di surabaya, dan kembali
pulang ke rumah.

Hanya ini foto yg bisa saya ambil, selebihnya ada dalam memory otak saya. Terim kasih :)