Jumat, 26 Agustus 2016

Antara ragu, dan putus asa Raung

Gunung yang katanya paling ekstrem di Jawa. Sempet ga percaya sih saya kesana. Saya ngajak temen temen temen tidak ada yg mau, beribu alesan untuk bisa mau kesana. Dari alesan belum nikahlah, masih pingin hidup lah. Padahal apa salahnya sih nih gunung. Bukankah Tuhan selalu bersama orang orang yg berani. Dimana ada orang yg bisa mencapai, kita juga pasti bisa kok asal mau usaha. Akhirnya saya menemukan satu teman yg mau kesana. Sebenernya ketemu 4 orang tapi mundur jadi tinggal satu -___- Kita mulai merencanakan waktu untuk berangkat, jadi saya bisa ancang ancang ambil cuti dua hari untuk berangkat ke Raung. Jadi kalaupun dua orang ya tetep berangkat, kita sama sama konsisten. Saya ambil cuti hari selasa rabu, kebetulan hari senin saya masih uts, jadi sepulang uts saya langsung packing dan berangkat menuju terminal. Saya sudah ditunggu teman saya, ternyata ada tiga, untung ada barengan temen lagi berawal dari ajakan pendakian bareng via instagram, akhirnya kita berangkat 4 orang. Jam 9 kita baru berangkat naikbis menuju banyunwangi tepatnya kalibaru. Saya tidak membayangkan betapa lelahnya saya, seharian kerja, lanjut uts, dan skrg tidur di bis. Perjalanan sekitar 6 jam akhitnya kita sampe di stasiun kalibaru. Waktu masih pukul 3 pagi, kita langsung disambut ojek dan dianter ke basecamp raung atau rumah pak suto. Perjalanan nya sekitar 15 menit melewati perkebunan tebu. Di rumah pak suto kita istirahat dulu, sambil menunggu pagi. Disini kita ketemu satu rombongan dari jogja, sekitar 4 orang. Jam 8 pagi kita akan mulai perjalanan, sebelumnya tidak lupa mengurus perizinan kalau kesini jangan lupa bawa surat sehat dan fotocopy ktp. Kita menuju pos 1 akan naik ojek, perjalanan cukup jauh sekitar 2 KM dengan trek yg berlumpur dan terjal. Pengalaman naik ojek yg gila, di perjalanan ojek yg saya tumpangi rantainya mbulet -___- jalanan juga nanjak, parah deh. Di tengah jalam banyak pepohonan besar yg rubuh, saya nanya ke ojeknya katanya minggu kemarin habis ada puting beliung. Nah belum apa apa uda diwedeni -_- katanya lagi di hutan masih ada macan -_- jadi bawa air yg banyak karena tidak ada mata air lagi, saya bawa 6 liter. Setelah nyampe pos satu atau rumah pak sunarya kita langsung melanjutkan perjalanan, karena target saya dua hari sudah balik kerumah. Berjalan menyusuri kebun kopi, dan hutan hutan. Tidak lupa meninggalkan air ditempat tempat tertentu untuk persediaan pulang, jam 4 sore kita masih sampe di pos 4 disini istirahat sebentar dan mengisi perut dengan makanan ringan, selama perjalanan kita tidak menemukan satu pendaki pun. Baru di pos 4 ketemu tendanya pendaki. Setelah istirahat setengah jam kita melanjutkan perjalanan dengan target pos 7 untuk bermalam. Apalah daya, fisik sudah tak memungkinkan dan hari juga sudah semakin malam. Kita memutuskan untuk bermalam antara pos 5  dan pos 6. Setelah tenda berdiri, lanjut memasak untu mengisi perut yg sudah keroncongan. Terus langsung tidur. Pagi hari jam 5 kita melanjutkan perjalanan. Tenda kita tinggal, cuma bawa makanan, minum, dan tidak lupa tali 50 meter untuk digunakan pas menuju puncak. Dari pos 6 smape pos 7 perjalanan hanya menyusuri hutan, tak ada pemandangan selain hutan belantara. Di pos 7 kita baru belisa menikmati pemandangan, disini lahan terbuka, minim pepohonan. Kita terus berjalan sampe pos 9, dari pos 9 berjalan sekitar 15 menit alhamdulillah kita sampe di puncak bendera, saat itu pukul 11 siang. Cuaca memang tidak panas, karena kabutbyg sangat tebal. Sambil menunggu kabut, saya tidak bisa membayangkan lewat mana lagi, yg saya lihat kanan kiri jurang. Dengan penuh keyakinan, kita berjalan pelan menyusuri jalan setapak, orang menyebutnya jembatan shirotol mustakim. Setelah melewati ini, kita lanjut melipir di bibir jurang, dengan pegangan tali, disini kerja sama team sangat dibutuhkan. Jadi orang pertama membawa tali untuk membuat jalan. Berjalan sekitar 15 menit akhirnya sampe di puncak 17. Kabut yg masih sangatvtebal, terkadang air hujan juga turun. Ntah yakin atau tidak, antara ragu untuk terus berjalan atau langsung kembali pulang, kita melanjutkan perjalanan, tidak satupun pendaki saya temui di sini, berjalan perlahan, dengan pegangan tali. Mungkin bisa dibilang antara hidup dan mati, jika kesalahan kecil terjadi mungkin langsung jatuh ke jurang, karena jalanan juga licin. Disini tidak ada tanda kita harus berjalan kemana, saya harus menxari cari tanda dulu, entah itu sampah atau besi untuk penahan tali. Disela sela kabut yg tebal saya melihat ke atas, kearah bebatuan yg menjulang tinggi seperti gambar puncak tusuk gigi, saya terus berjalan menanjak, mengikuti kata hati, akhirnya sampai di tusk gigi, perjalanan belum selesai smapai disini karena masih ada satu puncak lagi yg akan kita kunjungi. Saat itu sedikit rasa putus asa, karena kita mencoba mencari tanda tidak menemukan tanda jualga, bahkan saya dan teman saya berusaha memanjat bebatuan terjal untuk mencari jalan, saya tidak membayangkan apa yg saya lakukan saat itu, ntah dibilang nekat atau gila. Kali ini Tuhan memang bersama saya, saya menemukan jalan setapak kecil melewati bebatuan terjal, akhirnya saya menemukan sebuah bendera, saya yakin itu puncak sejati. Saya  menunggu teman saya yg balik ke tusuk gigi untuk memanggil dua orang teman saya yg menunggu. Alhamdulillah saya sangat bersyukur, benar benar atas rahmatMu, saya bisa berada disini. Karena cuaca yg masih belum membaik, dan suara petir juga mulai terdengar kita memutuskan kembali, jam juga sudah menjukan pukul 2 siang. Ntah kita terlalu capek atau memang kabutnyabyg tebal, kita kesasar berjalan menuju bibir jurang sebelum puncak 17. Untung kita masih diselamatkan. Kita mencari cari jalan lagi, dan akhirnya ketemu jalan satu satunya kembali. Berjalan kembali melipir di tebing, dan melewati shirotol mustakim. Dengan badan yg lemes, dan tubuh yg sedikit menggigil saya terus berjalan untuk kembali ke tenda. Jujur saya sudahbtidak sanggup berjalan lagi, tapi karena keadaan yg memaksa saya harus kembali ke tenda. Jam setengah 7 malem kita baru sampe di tenda. Molor dari rencana awal, akhirnya kita memutuskan untuk bermalam lagi disini, saya langsung tertidur lelap. Jam 12 malem saya terbangun, dan memikirkan kalau besok pagi saya harus kerja karena saya hanya mengambil cuti 2 hari. Berharap ada keajaiban datang, saya menyalakan hp, ternyata Tuhan memberi saya jalan lagi, di tengah tengah hutan sinyal hp masih kuat, saya sms rekan dan foreman saya kalau saya tidak bisa masuk kerja dikarenakan sakit. Haha Benar benar lega, dan tidak membuat kepikiran lagi -__-
Jam 6 pagi di hari ketiga kita masak dulu untuk sarapan, dan lanjut packing. Karena kita juga mengejar waktu jadi meminimalisir waktu yg ada, kita langsung trek turun menuju pos 1 atau rumah pak sunarya, jam 12 siang kita baru sampe sini. Terus menunggu ojek, untuk dianter ke rumah pak suto, di rumah pak suto, kita bersih bersih dulu dan mandi, setelah itu langsung tancap menuju jalan raya, mencari bis jurusan surabaya. Saya baru sadar kalau semalem bisnya melewati jalanan yg naik turun di daerah gunung gumitir. Sekitar 8 jam perjalanan akhirnya saya sampe di surabaya, dan kembali pulang ke rumah.







Hanya ini foto yg bisa saya ambil, selebihnya ada dalam memory otak saya. Terim kasih :)

5 komentar:

  1. Sebulan 2 kali lah nulisnya,dan typonya dikurangi dikit dikit ya 😊 pertamaxx hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih premium, typonya masih kebawa bawa 😂 danke kakak

      Hapus
  2. Artikel yang baik sangat bermanfaat tamabah pengetahuan. trimakasih
    Slam kenal
    https://tokomesinku.com

    BalasHapus